Anakpondok.com - Bagaimana Cara Hidupmu, Begitulah Cara Matimu
Bertaqwalah kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan sebenar-benarnya! Kalau untuk urusan dunia kita begitu bersemangat, berangkat pagi pulang petang, tapi untuk urusan ketaqwaan kepada-Nya terkadang kita masih lalai cenderung meremehkan.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kalian mati melainkan dalam keaadan muslim.”
Bagaimana kita menyiapkan kematian yang akan mendatangi kita.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati, hanya tidak ada di antara kita yang mengetahui kapan kematian itu akan datang. Banyak ayat di dalam al-Quran yang mengingatkan kepada kita. antara lain:
QS al-Jumu’ah ayat 8
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
An Nisa’: 78
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.”
QS ar Rahman ayat 26-27
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ (26) وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ (27(
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”
Ali Imran: 185
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.”
Karena kematian itu pasti akan tiba menjumpai setiap manusia. Maka Rasulullah ﷺ memerintahkan kepada kita semua agar selalu mengingatnya dan menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah , Rasulullah ﷺ bersabda:
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ
“Perbanyaklah mengingat yang memutuskan kenikmatan (maksudnya: kematian).”
Dalam hadits ini Rasulullah ﷺ menganjurkan kepada kita semua agar selalu mengingat yang memutuskan kenikmatan yaitu kematian yang suatu saat pasti akan tiba, bahkan seringkali datang tak terduga dan secara tiba-tiba. Keluarga, harta, jabatan semuanya akan meninggalkan kita, hanya amal shalih yang akan menemani kita.
Ibnu Umar s berkata: “Aku sedang duduk bersama Rasulullah ﷺ, maka datanglah seorang laki-laki dari golongan Anshar, lalu ia memberi salam kepada Nabi seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, mukmin yang seperti apa yang paling utama? Beliau menjawab:
أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
‘Yang paling baik akhlaknya.’
Ia bertanya lagi, Mukmin seperti apakah yang paling cerdas? Beliau menjawab:
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا, أُولئِكَ اْلأَكْيَاسُ
“Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik mempersiapkan diri untuk sesudah kematian itu, mereka itulah orang-orang yang cerdas.”
Bagaimana hidupmu, begitulah cara matimu
Ada dua cara kematian. Pertama dalam keadaan husnul khatimah. Kedua mati dalam keadaan su’ul khatimah. Semua tergantung amalan disaat hidupnya. Tumbuhkan rasa kecintaan kita terhadap sesuatu yang disenangi Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى seperti, shalat, membaca al-Qur’an, berpuasa, selalu dalam keadaan berwudhu dan lain sebagainya.
Ketika kita sudah terbiasa menjaga shalat, shalat lima waktu selalu berjamaah di masjid, qiyamullail tidak pernah terlewatkan, shalat sunnah rawatib, shalat dhuha dan shalat sunnah yang lainnya. Bukan tidak mungkin kita dipanggil Allah dalam keadaan bersujud kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.
Ketika kita sudah terbiasa dengan membaca al-Quran, sekurang-kurangnya minimal bisa khatam setiap satu bulan sekali. sangat mungkin kita dipanggil Allah dalam keadaan lisan kita sedang membaca al-Quran.
Ketika kita sudah terbiasa dengan shaum sunnah, shaum Daud, Ayaamul bidh, atau shaum senin dan kamis. Sangat mungkin Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan mencabut nyawa kita dalam keadaan perut menahan lapar karena sedang malaksanakan shaum.
Namun, kalau hidup kita bergelimpangan dengan kemaksiatan-kemaksiatan. Perintah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tidak dikerjakan, sedangkan larangan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى justru diterjang. Seperti, meninggalkan shalat, tidak menunaikan zakat padahal hartanya sudah mencapai nishab dan sudah berlalu satu tahun. Makanan, pakaian, kendaraan didapatkan dengan cara yang haram. Minum-minuman keras. Sangat mungkin Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mencabut nyawanya dalam keadaan bermaksiat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Rasulullah ﷺ mengingatkan dalam hasitsnya,
“Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaanya ketika meninggal.” (HR. Muslim).
Bagaimana pola hidupmu, seperti itu pula cara matimu. Bagaimana cara matimu, seperti itulah nanti akan dibangkitkan.
Barangkali kita pernah mendengar kisah yang sangat viral di media sosial. seorang yang mengalami kecelakaan. Mobil yang ditumpanginya bertabarakan. Ketika dalam keadaan sekarat ada seseorang yang menuntun mereka berdua untuk mengucapkan “laa ilaha illallah”. Sungguh sangat mengagetkan, kerena yang keluar dari mulutnya bukan kalimat tauhid tetapi lagu-lagu. Karena bisa jadi dimasa hidupnya yang ia dengara hanya musik. Tetapi seorang yang meninggal. Sedangkan lisannya dalam keadaan membaca al-Qur’an.
Cukuplah kematian menjadi perhatian kita bersama. Setiap hela nafas kita menjadi langkah maju menuju kematian. Maka janganlah menunggu “nanti” untuk bertaubat, bersegeralah dan perbanyak amal shalih. Demi Allah, hanya amal shalih yang akan menemani setelah kita mati.
Di dalam hati kita mungkin pernah terbesit satu pertanyaan, “Bukankah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى sudah menentukan yang akan terjadi pada setiap manusia, termasuk di antaranya perkara kematian. Apakah setelah mati nanti akan dimasukkan ke dalam surga ataupun neraka?”
Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khatab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa ke hadapan Khalifah Umar. “Mengapa engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, “Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi pencuri.”
Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, “Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!” Orang-orang yang ada disitu bertanya, “Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?” Khalifah Umar menjawab, “Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah.”
Pada zaman nabi Muhammad ﷺ pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, “Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?” Orang Arab Badui itu menjawab, “Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun bersabda, “Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.
Saudaraku yang kami cintai karna Allah. Semoga Allah memudahkan kita untuk kebaikan dan menjauhkan kita dari kejahatanhawa nafsu. Aamiin.
Sukseskan Program Berbagi Senyum Dibulan Ramadhan Bersama Anakpondok.com
Komentar
Posting Komentar