Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

SELALU BERUJUNG KEMULIAAN

SELALU BERUJUNG KEMULIAAN Melanjutkan tulisan pekan lalu yang berjudul “Qurrotu Ain; Mesti Diupayakan”, kali ini saya berbagi mengenai tahapan selanjutnya yaitu fase kehamilan. Tidak dapat dipungkiri, wanita hamil selalu mendapat perhatian lebih di lingkungan masyarakat berperadaban. Di transportasi umum misalnya, wanita hamil selalu mendapat prioritas tempat duduk,  begitu pun di sarana-sarana pelayanan umum semisal rumah sakit, bank, kantor pos, wanita hamil sering mendapat berbagaai kemudahan pelayanan. Sebagai agama pembawa peradaban, Islam pun “memberi” wanita hamil beberapa prioritas, di antaranya: – Wanita hamil yang sudah ditalak tiga tetap menerima nafkah dari mantan suaminya sampai sesudah persalinan. “…dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin…” (At thalaq:6) – Wanita hamil juga mendapatkan keringanan dalam menjalankan puasa, statusnya sama dengan orang sakit dan oran

Tak Shalat Berjamaah Karena Sibuk Bekerja

Pertanyaan: Bapakku seorang kuli bangunan. Terkadang ia tidak pergi ke masjid untuk shalat berjamaah karena pekerjaannya. Apakah hal tersebut dibolehkan?  Jawaban:  Seorang muslim hendaknya menjaga shalat berjamaah di masjid dalam semua waktunya. Jangan sampai kesibukan dunia menghalangi dirinya dari shalat berjamaah. Allah berfirman, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ  “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Munafiqun: 9) Cobalah memberi nasihat kepada Ayah Anda dengan cara yang bijak dan mengingatkannya dengan dalil-dalil yang sahih. Seorang muslim tidak boleh bersusah payah bekerja untuk dunia namun mengorbankan ibadah dan shalatnya. Salah satu ciri orang beriman telah disebutkan ol

Keutamaan Dakwah

Keutamaan dakwah SERI KAJIAN SHAHIH FADHILAH AMAL14 Allah ta'ala berfirman وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri? " (QS. Fushilat: 33) Tiada satu orang pun yang perkataannya lebih baik dibanding orang yang mendakwahkan tauhid dan ibadah kepada Allah semata. Ia pun beramal shaleh sembari berkata, "Aku termasuk muslimin yang melaksanakan perintah dan syariat Allah." Ayat tersebut mengandung motifasi untuk berdakwah dan keutamaan ulama yang menyeru kepada-Nya berdasarkan bashiroh (keterangan) yang datang dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam. Allah ta'ala berfirman وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْك

Bacalah Quran Dengan Tartil, Jangan Tergesa-Gesa

Bacalah Quran Dengan Tartil, Jangan Tergesa-Gesa Di bulan romadlon, semangat membaca alquran terlihat meningkat. Tak sedikit diantara kita membuat target khatam dalam jumlah tertentu. Karenanya, mempercepat bacaan dan kesan tergesa-gesa sangat nampak. Dari situ kaedah-kaedah tajwid kurang diperhatikan lagi. Tentu  hal ini bertentangan dengan prinsip yang ditekankan oleh Alloh dalam membaca alquran, yaitu menjaga ketartilan. Alloh berfirman : وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا Dan bacalah alquran dengan tartil [almuzammil : 4] Departemen agama menerjemahkan tartil dengan perlahan. Ibnu Katsir berkata tentang makna tartil : اقرأه على تمهل، فإنه يكون عونا على فهم القرآن وتدبره Bacalah alquran dengan perlahan karena itu akan membantu dalam memahami alquran dan mentadaburinya Imam Syaukani berkata : اقرأه على مهل مع تدبر Bacalah alquran dengan perlahan disertai penghayatan Penulis tafsir Almuyassar berkata : واقرأ القرآن بتُؤَدَة وتمهُّلٍ مب

Qurrotu ‘Ain; Mesti Diupayakan

Qurrotu ‘Ain; Mesti Diupayakan Anak, satu kata yang terdengar indah bagi setiap orang tua. Terlebih jika di belakangnya menyusul kata-kata positif semisal shaleh, pintar, cerdas, rajin, serta taat. Namun juga akan terdengar menyesakkan ketika tertaut kata-kata negative seperti nakal, bodoh, malas, ataupun pembangkang. Dari berbagai sudut pandang keilmuan anak (baca:bayi) selalu didefinisikan sebagai sebuah awalan, kertas putih, atau dalam bahasa Al Qur’an disebut fitrah. Ketika terukir di atasnya coretan-coretan kebaikan, maka sang anak pun akan terbiasa dengan kebaikan ( good habbit ). Namun sebaliknya, ketika kertas tersebut penuh akan goresan keburukan, maka keburukan pun akan melekat sebagai perangainya. كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya yahudi, atau nashrani, atau majusi” Hadits di atas sering dipahami hanya sebatas pada aqidah yang dianut

KETIKA YANG DIHARAPKAN TAK KUNJUNG DATANG

KETIKA YANG DIHARAPKAN TAK KUNJUNG DATANG Setiap individu pasti mempunyai harapan, setiap harapan pasti melekat di benak manusia. Manusia tak bisa terpisah dari harapan,  tidak ada di muka bumi ini manusia tanpa harapan. Selantang apapun dirinya berteriak, sekeras apapun dirinya bersorak mendeklarasikan bahwa dia adalah manusia tanpa harapan, tetap saja hati kecilnya tertancap oleh panah-panah harapan. Namun meskipun manusia “hobi’ berharap, tidak lantas semua harapan terkonversi dalam hamparan kenyataan. Seringkali kenyataan dan harapan seperti pertemuan dua medan magnet yang sejenis, berjalan pada arah berlawanan dan saling menjauh. Sebagai agama yang sempurna, Islam memberikan arahan yang benar dalam menyikapi situasi tersebut.  Pertama hendaknya manusia menyandarkan harapannya kepada Rabbul Izzati dalam bentuk doa. Allah SWT sendiri telah mengkonfirmasi, jika menginginkan sesuatu berdoalah kepadaNya, niscaya akan dikabulkan. Lalu bagaimana dengan doa yang tidak k