Langsung ke konten utama

Nikmatnya Taubat Kepada Allah

Nikmatnya Taubat Kepada Allah
Anakpondok.com - Perjalanan hidup manusia ibarat menelusuri jalan yang penuh dengan lumpur yang becek. Kadang ia mengenai tangan kita, kaki kita, badan dan bahkan baju kita. sementara disisi kanan ada sungai jernih yang bisa ia gunakan untuk membersihkan diri. Kadang orang tak sadar kalau lumpur tersebut bisa dibersihkan dengan air sungai. Boleh jadi, kesadaran itu sengaja ditunda hingga tujuan tercapai. Tidak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa. Karena ia bukan malaikat yang bersih dari dosa. Selalu saja ada debu-debu lalai yang melekat. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ;

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
 
“Setiap anak Adam sering melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang bertaubat (kembali kepada kebenaran)” (HR Ahmad, At Tirmizy, Ibnu Majah, dan dishohihkan oleh Al Hakim).

Bahkan jika ada manusia yang tidak pernah berbuat dosa, maka Allah Ta’ala akan menggantikan suatu kaum yang mereka berbuat dosa kemudian mau bertaubat dan kembali pada Allah Ta’ala. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ;

“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa, niscaya Allah akan mengganti kalian dengan mendatangkan suatu kaum yang kemudian kaum tersebut berbuat dosa, kemudian mereka meminta ampun kepada Allah, dan Allah akan mengampuni mereka” (HR. Muslim).

Salah satu bukti kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-Nya, Allah membuka pintu ampunan dan taubat bagi seluruh hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah, wahai para hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka sendiri, janganlah kalian putus asa terhadap rahmat dari Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa, sungguh Dialah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Az Zumar : 53).

Allah Ta’ala mengampuni setiap dosa seorang hamba, jika hamba tersebut bertaubat kepada Allah, dengan taubat yang hakiki. Bahkan, Allah Ta’ala mengampuni dosa yang paling besar sekalipun, yaitu dosa syirik, selama orang tersebut ikhlas bertaubat kepada Allah. Bukankah para Sahabat radhiyallahu ‘anhum, dahulunya adalah orang-orang yang tenggelam dalam lumpur kemusyrikan, tenggelam dalam kubangan dosa dan kemaksiatan. Namun, dengan sebab taubat mereka Allah Ta’ala pun mengangkat kedudukan mereka.

Pengertian taubat

Hakekat taubat adalah kembali pada Allah Ta’ala dengan melakukan ketaatan. Teguh dalam melakukan ketaatan dan menjauhi larangan. Kembali dari kemaksiatan pada ketaatan, dari keburukan pada kebaikan. Dari jalan setan kepada jalan ar Rahman.

Banyak orang menggap bahwa taubat itu hanya untuk mereka yang telah melakukan berbagai perbuatan dosa. Seperti zina, minum-minuman keras, kesyirikan serta dosa-dosa lainnya. Sementara orang yang selalu melakukan ketaatan dan jauh dari berbagai dosa besar tidak perlu bertaubat. Padahal Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dalam sehari tidak kurang dari seratus kali beristighfar dan bertaubat kepada-Nya. Beliau bersabda ;

إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
 
“Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702).

Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan bahwa makna hadits di atas, yaitu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan malas beliau membacanya seperti itu. Artinya, beliau rutin terus mengamalkan dzikir istighfar setiap harinya. Lihat Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi, 17: 22.

Jika Rasulullah sallallahu alaihi wasallam yang menjadi orang terbaik beristighfar dan bertaubat kepada Allah sehari tidak kurang dari seratus, maka kitapun harus meniru beliau. Karena taubat dan istighfar yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya yang bertakwa akan menambah ketakwaan kepada Allah dan akan menambah ketakutan. Bahkan taubat yang dilakukan saat meninggalkan kebaikan yang diperintahkan lebih penting dibandingkan taubat karena perbuatan keburukan yang dilanggar. Ikhlas kepada Allah dan tawakkal kepada-Nya serta cinta dan harap terhadap rahmad-Nya serta takut dari adzab-Nya, sabar dalam melaksanakan perintah-Nya, menjauhkan apa yang dilarang serta menyerah terhadap segala keputusan-Nya dan yang semacamnya dari tindakan lahir maupun batin, semua itu adalah termasuk kewajiban-kewajiban.

Makanya Allah Ta’ala mengaitkan keberuntungan dengan ketaatan kepadanya. Allah Ta’ala berfirman ;

Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. ( QS. An Nisa’ : 31 )

Fadhilah taubat

Ada beberapa keutamaan taubat yang disebutkan dalam al qur’an dan as Sunnah. Diantara keutamaan-keutamaan tersebut adalah ;

1. Sebagai sarana memperoleh kecintaan Allah ‘Azza wa Jalla.
 
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
 
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

Karena di dalam taubat terdapat taqarrub kepada Allah dengan melaksanakan ketaatan dan menjauhi maksiat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
 
“Tidaklah hamba-Ku mendekatkan kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku cintai daripada melaksanakan perkara-perkara yang fardlu (wajib) dan tidaklah hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan nafilah (sunnah) sehingga Aku mencintainya.” (HR. Al Bukhari)

2. Penyebab keberuntungan di dunia dan akhirat

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
 
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur : 31)
 
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radliyallu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dahulu kala, pada umat sebelum kalian, ada seseorang yang membunuh 99 jiwa, kemudian ia ingin bertaubat. Maka ia mencari orang yang paling alim, dan ditunjukkan padanya seorang pendeta. Ia bertanya padanya: bahwa ia telah membunuh 99 jiwa, apakah masih ada taubat untuknya? Jawab pendeta: “tidak ada.” Maka iapun membunuhnya, sehingga genap seratus orang yang sudah dibunuhnya.

Kemudia ia mencari lagi orang yang paling alim di muka bumi, dan ditunjukkan padanya seorang yang berilmu, lalu ia mengatakan sudah membunuh seratus jiwa, apakah masih ada taubat untuknya? Orang alim tadi menjawab: “ya ada, tiada yang berhak menghalangimu bertaubat, pergilah ke negeri itu, di sana banyak orang yang taat beribadah kepada Allah, lalu beribadahlah seperti ibadah mereka, dan jangan kembali ke negerimu ini, karena ia tempat orang jahat.”

Maka pergilah orang itu. Ketika di tengah perjalanan, ajal menjemputnya. Maka Malaikat rahmat bertengkar dengan Malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata: “ia telah berjalan untuk bertaubat kepada Allah dengan sepenuh hatinya.” Berkata Malaikat adzab: “ia belum pernah berbuat kebaikan sama sekali.” Lalu datanglah Malaikat dalam rupa manusia yang dijadikan sebagai hakim di antara mereka. Ia berkata: “ukur saja jarak dua dusun yang ditinggalkan dan yang dituju, maka mana yang lebih dekat masukkanlah ia ke dalam golongan penduduk itu.” Kemudian mereka mengukurnya dan mendapati jaraknya lebih dekat kepada negeri yang baik yang ditujunya, maka diambillah ruhnya oleh Malaikat rahmah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Laki-laki ini belum beramal sedikitpun, namun ketika ia bertaubat, ia mendapati keberuntungan dan kebahagiaan.

3. Sebagai cara agar tidak menjadi orang dzalim

وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
 
“Dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Hujurat: 11).
 
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “hamba dibagi menjadi dua macam: yaitu orang yang bertaubat dan orang dzalim, tidak ada yang ketiganya. Gelar dzalim disandangkan bagi orang yang tidak bertaubat. Dan tidak ada kejahilan melebihi ketidaktahuan seorang hamba akan Rabbnya dan hak-hak-Nya, aib dirinya serta amalnya yang buruk.” (Madarijus Salikin: 1/199)

4. Menghapuskan amalan-amalan buruk dan sebab masuk surga
 
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersamanya.” (At-Tahrim: 8)
 
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

اَلتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
 
“Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
 
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya (kebaikan) itu akan menghapusnya serta perlakukan manusia dengan perlakuan yang baik.” (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan shahih)

5. Merubah keburukan menjadi kebaikan

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
 
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan: 70)
 
Dari Abu Farwah rahimahullah, dia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “(Ya Rasulullah!) bagaimana menurutmu, jika ada seseorang yang mengerjakan semua perbuatan dosa dan tidak meninggalkan satu perbuatan dosa pun serta tiada keinginan untuk berbuat dosa kecuali ia lakukan. Apakah ada taubat baginya untuk semua itu?”
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Apakah kamu sudah masuk Islam?”
Ia menjawab, “Adapun saya bersaksi tiada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.”
 
Beliau berkata: “Berbuat baiklah dan tinggalkan perbuatan buruk, maka Allah akan menjadikan semua perbuatan buruk itu sebagai kebaikan bagimu.” Ia berkata: “penghianatan dan kejahatanku?” Beliau menjawab: “ya.” Ia terus menerus bertakbir hingga tidak terlihat lagi.” (HR. Thabrani)

6. Menjadi sebab baiknya dan bersihnya hati
 
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh jika seorang hamba melakukan kesalahan (dosa) maka di dalam hatinya aka ada satu noktah hitam. Jika ia meninggalkannya, beristighfar dan bertaubat maka hatinya akan kembali bersih. Namun, jika ia mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut maka noktah hitam itu akan bertambah banyak sehingga menutupi hatinya. Itulah ran yang disebutkan oleh Allah: “Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifin: 14) (HR. At-Tirmidzi)

7. Sebab memperoleh doa dan istighfar Para Malaikat

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
 
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan Malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala.” (Ghafir: 7).

Itulah beberapa keutaman taubat semoga kita dapat mengambil berbagai pelajaran darinya. Tentu sebagai seorang muslim kita tidak akan menunda untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala. Mulailah berhentai dari maksiat, tingkatkan ibadah dan merasalah bahwa hidup kita tidak lama lagi. Karena menunda taubat akan membawa akhir kehidupan kita su’ul khotimah. Na’udzubillahi mindzalik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Cara Hidupmu, Begitulah Cara Matimu

Anakpondok.com - Bagaimana Cara Hidupmu, Begitulah Cara Matimu Bertaqwalah kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan sebenar-benarnya! Kalau untuk urusan dunia kita begitu bersemangat, berangkat pagi pulang petang, tapi untuk urusan ketaqwaan kepada-Nya terkadang kita masih lalai cenderung meremehkan. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kalian mati melainkan dalam keaadan muslim.” Bagaimana kita menyiapkan kematian yang akan mendatangi kita. Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati, hanya tidak ada di antara kita yang mengetahui kapan kematian itu akan datang. Banyak ayat di dalam al-Quran yang mengingatkan kepada kita. antara lain: QS al-Jumu’ah ayat 8 قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُ

Orang Yang Meninggalkan Shalat Ashar, Apakah Amalnya Akan Gugur?

Anakpondok.com - Orang Yang Meninggalkan Shalat Ashar, Apakah Amalnya Akan Gugur? Pertama: Terdapat ancaman keras terhadap orang yang meninggalkan shalat Ashar dengan sengaja hingga keluar waktu. Imam Bukhari telah meriwayatkan, no. 553, dari Buraiah bin Hushaib Al-Aslamy radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ ، فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُه "Siapa yang meninggalkan shalat Ashar, maka amalnya akan gugur." Sedangkan Imam Ahmad meriwayatkan dalam musnadnya, no. 26946, dari Abu Darda radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ مُتَعَمِّدًا ، حَتَّى تَفُوتَهُ ، فَقَدْ أُحْبِطَ عَمَلُهُ (وصححه الشيخ الألباني رحمه الله في "صحيح الترغيب والترهيب) "Siapa yang meninggalkan shalat Ashar dengan sengaja hingga habis waktunya, maka amalnya akan gugur." (Dinyatakan shahih oleh Al-Albany rahimahullah dalam Shahih Ta

Perjalanan Rumah Tangga Atikah binti Zaid, Istri Para Syuhada’

Kali ini, kita akan mengupas profil shahabiyah yang memiliki kepribadian yang sangat agung. Beliau adalah Atikah binti Zaid yang sangat terkenal dengan kecantikan, kepandaian, tawadhu’, serta ketaatannya  kepada Allah. Atikah merupakan seorang wanita yang sangat cantik rupawan, seorang gadis yang berasal dari keluarga yang kaya raya. Atikah merupakan putri dari Zaid bin Amr, salah seorang yang menghina berhala-berhala kaum Quraisy pada zaman jahiliyah. Zaid tidak sempat bertemu dengan Rasulullah, tetapi hatinya telah menanti dan mencintai Rasul, hingga Rasulpun melihatnya di syurga. Saudara Atikah juga merupakan ahli syurga ia adalah Said bin Zaid, suami dari fathimah binti Khattab. Atikah telah mewarisi kefasihan, kemampuan bersyair, kelembutan perasaan, ketajaman hati, kesucian jiwa untuk beriman dari ayahnya. Maka tatkala Rasul menyuruh kepada Islam dia langsung menyambut seruan tersebut dan berbaiat kepada Rasul, serta beliau juga ikut serta dalam hijrah. Atikah meni