Langsung ke konten utama

Puasa Di Bulan Sya'ban

Puasa Di Bulan Sya'ban
Anakpondok.com -  Puasa Di Bulan Sya'ban

Ada beberapa dalil berpuasa dibukan Sya'ban

Pertama:

Allah Ta’ala mengharamkan pendapat tanpa dilandasi dengan ilmu, hal itu disandingkan dengan kesyirikan dan dosa besar. Allah berfirman:

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ (سورة الأعراف: 33)

“Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-A’raf: 33)

Kedua:

Dianjurkan berpuasa tiga hari pada setiap bulan. Yang lebih utama hal itu pada hari-hari putih (ayymul Bid) yaitu hati ketiga belas, empat belas dan lima belas.

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata:

أوصاني خليلي بثلاث لا أدعهن حتى أموت صوم ثلاثة أيام من كل شهر وصلاة الضحى ونوم على وتر (رواه البخاري، رقم 1124 ومسلم، رقم 721)

Kekasihku memberikan wasiat kepadaku dengan tiga hal tidak akan saya tinggalkan sampai saya meninggal dunia, puasa tiga hari pada setiap bulan, shalat duha dan tidur dalam kondisi sudah shalat witir.” (HR. Bukhori, no. 1124 dan Muslim, no. 721).

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu anhuma, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku:

وإن بحسبك أن تصوم كل شهر ثلاثة أيام ؛ فإن لك بكل حسنة عشر أمثالها فإن ذلك صيام الدهر كله (رواه البخاري، رقم 1874 ومسلم، رقم 1159)

“Cukup bagi anda agar berpuasa tiga hari setiap bulan. Maka bagi anda setiap kebaikan (dilipat gandakan) sepuluh kali. Maka itu adalah puasa dahr (setahun) penuh.” (HR. Bukhari, no. 1874 dan Muslim, no. 1159).

Dari Abu Dzar radhiallahu anhu berkata:

“Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku,

إذا صمت شيئاً من الشهر فصم ثلاث عشرة وأربع عشرة وخمس عشرة (رواه الترمذي، رقم 761 والنسائي، رقم 2424 . والحديث حسنه الترمذي ووافقه الألباني في إرواء الغليل، رقم 947)

“Kalau anda berpuasa dalam sebulan, maka berpuasalah pada hari ketiga belas, empat belas dan lima belas.” )HR. Tirmizi, no. 761 Nasa’i, no. 2424. Hadits dinyatakan hasan oleh Tirmizi dan disetujui Albany di ‘Irwa’ Al-Golil, (947).

Syekh Muhammad Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah ditanya, “Terdapat dalam hadits bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam memberikan wasiat kepada Abu Hurarah radhiallahu anhu agar berpuasa tiga hari untuk setiap bulan, kapan berpuasa hari-hari ini? Apakah secara berurutan?

Maka beliau menjawab, “Puasa tiga hari ini, dibolehkan berpuasa secara berturut-turut atau terpisah. Boleh pada awal bulan atau ditengah atau di akhirnya. Masalah ini luas alhamdulillah. Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam tidak menentukan. Aisyah radhiallahu anha ditanya, “Apakah Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berpuasa pada setiap bulan tiga hari? Beliau menjawab, “Ya.” Dikatakan, “Pada hari apa dalam satu bulan beliau berpuasa?” (Aisyah) berkata, “Tidak memperdulikan hari apa dalam satu bulan berpuasa.” (HR. Muslim, no. 1160) akan tetapi pada hari ketiga belas, empat belas dan lima belas itu yang lebih utama. Karena ia termasuk ayyamul bid. (Majmu Fatawa Syekh Ibnu Utsaimin, 20/ soal no. 376).

Ketiga:

Mungkin orang yang melarang anda berpuasa pada hari-hari ini di bulan (Sya’ban) mungkin hal itu karena mengetahui bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam melarang berpuasa ketika dipertengahan bulan Sya’ban.

Bahwa larangan ini bagi orang yang memulai berpuasa di pertengahan kedua di bulan Sya’ban dan dia tidak ada kebiasaan berpuasa.

Sementara orang yang memulai berpuasa pada pertengan pertama kemudian melanjutkan puasa pada pertengahan kedua atau dia terbiasa berpuasa, maka tidak mengapa berpuasa di pertengahan kedua. Sebagaimana orang yang terbiasa berpuasa tiga hari pada setiap bulan atau berpuasa hari senin dan kamis.

Dengan demikian, maka tidak mengapa puasa anda tiga hari di bulan Sya’ban. Meskipun hal itu terjadi pada pertengahan kedua di bulan (Sya’ban).

Keempat:

Tidak mengapa memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Bahkan hal itu termasuk sesuai sunah. Dahulu Nabi sallallahu alihi wa sallam memperbanyak puasa pada bulan ini.

Dari Aisyah radhiallahu anha berkata:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر ويفطر حتى نقول لا يصوم فما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر إلا رمضان وما رأيته أكثر صياما منه في شعبان (رواه البخاري، رقم 1868 ومسلم، رقم 1156)

“Dahulu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berpuasa sampai kami mengatakan tidak berbuka, dan berbuka sampai kami mengatakan tidak berpuasa. Saya tidak melihat Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam menyempurnakan puasa sebulan kecuali Ramadan, dan saya tidak melihat beliau lebih banyak berpuasa dibandingkan pada bulan Sya’ban.” HR. Bukhori, (1868) dan Muslim, (1156)

Dari Abu Salamah bahwa Aisyah radhiallahu anha memberitahuan kepadanya seraya berkata:

لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم يصوم شهراً أكثر من شعبان فإنه كان يصوم شعبان كله وكان يقول خذوا من العمل ما تطيقون فإن الله لا يمل حتى تملوا وأحب الصلاة إلى النبي صلى الله عليه وسلم ما دووم عليه وإن قلَّت ، وكان إذا صلى صلاة داوم عليها (رواه البخاري، رقم 1869 ومسلم، رقم 782)

“Nabi sallallahu alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa dalam sebulan lebih banyak dibandingkan di bulan Sya’ban. Sesungguhnya beliau berpuasa bulan Sya’ban semuanya. Dan beliau juga bersabda, “Ambillah (lakukan) amalan yang kalian mampu. Karena Allah tidak bosan sampai anda semua bosan. Dan shalat yang paling disukai Nabi sallallahu alaihi wa sallam apa yang dilakukan secara terus menerus meskipun sedikit. Kalau beliau menunaikan shalat, beliau lakukan secara terus menerus.” (HR. Bukhori, no. 1869 dan Muslim, no. 782). [ Radio Tamhid / Anakpondok.com]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Cara Hidupmu, Begitulah Cara Matimu

Anakpondok.com - Bagaimana Cara Hidupmu, Begitulah Cara Matimu Bertaqwalah kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan sebenar-benarnya! Kalau untuk urusan dunia kita begitu bersemangat, berangkat pagi pulang petang, tapi untuk urusan ketaqwaan kepada-Nya terkadang kita masih lalai cenderung meremehkan. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan sebenar-benar takwa dan janganlah kalian mati melainkan dalam keaadan muslim.” Bagaimana kita menyiapkan kematian yang akan mendatangi kita. Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati, hanya tidak ada di antara kita yang mengetahui kapan kematian itu akan datang. Banyak ayat di dalam al-Quran yang mengingatkan kepada kita. antara lain: QS al-Jumu’ah ayat 8 قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُ

Orang Yang Meninggalkan Shalat Ashar, Apakah Amalnya Akan Gugur?

Anakpondok.com - Orang Yang Meninggalkan Shalat Ashar, Apakah Amalnya Akan Gugur? Pertama: Terdapat ancaman keras terhadap orang yang meninggalkan shalat Ashar dengan sengaja hingga keluar waktu. Imam Bukhari telah meriwayatkan, no. 553, dari Buraiah bin Hushaib Al-Aslamy radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ ، فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُه "Siapa yang meninggalkan shalat Ashar, maka amalnya akan gugur." Sedangkan Imam Ahmad meriwayatkan dalam musnadnya, no. 26946, dari Abu Darda radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ مُتَعَمِّدًا ، حَتَّى تَفُوتَهُ ، فَقَدْ أُحْبِطَ عَمَلُهُ (وصححه الشيخ الألباني رحمه الله في "صحيح الترغيب والترهيب) "Siapa yang meninggalkan shalat Ashar dengan sengaja hingga habis waktunya, maka amalnya akan gugur." (Dinyatakan shahih oleh Al-Albany rahimahullah dalam Shahih Ta

Perjalanan Rumah Tangga Atikah binti Zaid, Istri Para Syuhada’

Kali ini, kita akan mengupas profil shahabiyah yang memiliki kepribadian yang sangat agung. Beliau adalah Atikah binti Zaid yang sangat terkenal dengan kecantikan, kepandaian, tawadhu’, serta ketaatannya  kepada Allah. Atikah merupakan seorang wanita yang sangat cantik rupawan, seorang gadis yang berasal dari keluarga yang kaya raya. Atikah merupakan putri dari Zaid bin Amr, salah seorang yang menghina berhala-berhala kaum Quraisy pada zaman jahiliyah. Zaid tidak sempat bertemu dengan Rasulullah, tetapi hatinya telah menanti dan mencintai Rasul, hingga Rasulpun melihatnya di syurga. Saudara Atikah juga merupakan ahli syurga ia adalah Said bin Zaid, suami dari fathimah binti Khattab. Atikah telah mewarisi kefasihan, kemampuan bersyair, kelembutan perasaan, ketajaman hati, kesucian jiwa untuk beriman dari ayahnya. Maka tatkala Rasul menyuruh kepada Islam dia langsung menyambut seruan tersebut dan berbaiat kepada Rasul, serta beliau juga ikut serta dalam hijrah. Atikah meni